Pasar Inai untuk Destinasi Wisata
17 Oktober 2016Kabupaten Malinau
MALINAU–Bupati Malinau Dr Yansen TP MSi menegaskan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malinau sudah jauh-jauh hari memikirkan nasib para Inai-inai (sebutan ibu dalam bahasa Dayak) yang selama ini menjajakan dagangannya. Pemkab sudah menyiapkan bangunan yang sangat megah dan layak buat para Inai ini untuk berjualan, yaitu Pasar Inai yang berlokasi di Desa Kuala Lapang, Kecamatan Malinau Barat atau satu lokasi dengan Pasar Gerdema.
Pasar Inai nantinya direncanakan menjadi sebuah pasar yang memiliki kekhasan tersendiri, yaitu menjual produk lokal dari desa-desa di Malinau, bukan produk dari luar daerah. Sebab, bertujuan untuk membangkitkan ekonomi daerah dan juga bertujuan untuk menjadikan ciri khas daerah yang menarik untuk dijadikan destinasi wisata.
“Kalau pasar ini kan salah satu sarana kota, sarana desa dan pasar itu juga kebutuhan masyarakat. Jadi dalam perspektif ekonomi, pasar itu adalah kekuatan. Berkaitan dengan pembangunan Malinau, kita menjadikan semua potensi itu kekuatan untuk menopang kepariwisataan daerah. Jadi jangan dikira kalau pasar itu tidak ada hubungannya dengan pariwisata. Dengan adanya aneka ragam barang yang dijual di pasar ini, itu memperkaya dimensi masyarakat. Berangkat dari inilah kita mendukung sepenuhnya kehidupan ekonomi itu ditopang potensi-potensi daerah, bukan potensi datang dari luar, tapi potensi yang ada di daerah,” ujar Bupati Yansen TP saat berbelanja di Pasar Inai, Kuala Lapang, Jumat (14/10).
Dijelaskan Bupati, awal penjualan yang dinamakan Inai atau ibu-ibu ini, adalah berangkat dari beberapa orang saja. Semula, dijelaskannya lagi, pihaknyaberpikir kalau masyarakat setempat tidak punya budaya untuk berdagang. Tapi dengan adanya beberapa orang ibu yang berkeinginan untuk berjualan, menjual barang-barang mereka dari kampung, mendorong pihaknya bagaimana untuk mengorganisir mereka dalam satu wadah yaitu Pasar Inai .
“Inai adalah sekumpulan orang yang berjualan barang atau jualan dari desa (lokal, Red.) dan tempatnya bisa di mana saja. Nah dari kondisi yang ada di Malinau ini kan kita kesulitan untuk menemukan tempat yang ideal. Tempat inilah (Pasar Inai, Kuala Lapang) yang kita anggap menjadi tempat berjualannya para Inai-inai ini,” ungkapnya.
Jadi, lanjutnya, tidak ada istilah dengan dipindahnya dari tempat yang dulu, Inai ini hilang. Itu yang menurutunya sebuah pandangan yang keliru dari orang-orang tertentu. Ditegaskannya, tempat sudah pihaknya siapkan mulai dari tahun lalu yang berasal dari program pemerintah pusat yang pihaknya arahkan untuk pembangun Pasar Inai.
“Jadi kalau ada orang yang mengatakan kita tidak memperhatikan Pasar Inai ini, kesiangan orang-orang itu. Ya artinya hanya berpikir kepentingan mereka, tidak pikir bahwa pemerintah itu sudah terstruktur pikrannya sudah jelas menumbuhkembangkan semangat ekonomi masyarakat desa, dengan cara membuka peluang untuk mereka,” bebernya.
Menurut Yansen, untuk sebuah kota seperti di Malinau, pasar untuk masyarakat seperti Pasar Inai ini adalah sesuatu yang sangat mewah. Untuk itu, dirinya meminta kepada masyarakat agar berpikira postif dan belajat melihat esensi pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Oleh karena itu Bupati kembali menegaskan agar jangan bawa-bawa kepentingan untuk diri sendiri. “Ya saya terus terang saja selama ini relatif kompromilah dengan pikiran-pikiran orang yang aspiratif-aspiratif tapi diciptakan dengan baik. Kita sudah mikir mereka ini, sudah memprogramkan bagaimana cara mereka bertumpu daripada kekuatan ekonomi desa mereka,” katanya.
Bupati juga berharap, karena pemerintah sudah melakukan tugas dengan baik, agar para pedagang belajar berusaha dengan baik dan benar. Kembali ditegaskannya, pemerintah tidak memperhatikan hanya untu satu golongan ataupun suku, tapi memperhatikan seluruh masyarakat, karena Malinau merupakan bagian dari Bangsa Indonesia yang memegang teguh Bhineka Tunggal Ika. “Kita tidak perhatikan suku di sini ini, maaf saja, kita memperhatikan masyarakat. Kalau kita nanti bicara suku, semua suku minta ke pemerintah bagaimana? Jadi orang-orang yang berpikiran seperti itu harus jujur, ya kawan-kawan yang katanya aspiratif-aspritaif itu pelajari dulu. Jangan sekedar mencari untuk kepentingan pribadi dan golongan saja. Jangan cari-cari keuntungan saja,” tegasnya.
Lebih lanjut ditegaskannya, jangan serta merta menganggap berjuang untuk masyarakat, berjuang itu harus melihat dulu dan dicernai apa esensinya. Maka dari itu, kata Bupati, lebih baik duduk bersama mencari solusi, bukan dengan cara yang tidak baik. “Saya harapakan marilah kalau kita mendukung PAsar Inai ini. Sebenarnya pasar ini pembelinya siapa? Ya, kalau kita berjuang, ya beli dong ke pasar, ajak keluarga dan istri belanja. Gitu dong caranya. Jangan mempolitisir membuat yang tidak-tidak,” tukasnya. (ags/fly)
AGUSSALAM SANIP/RADAR TARAKAN
sumber : kaltara.prokal.co