BERITA

Malinau – Bupati Malinau, Wempi W. Mawa, S.E., M.H., menghadiri Rapat Koordinasi Program Optimalisasi Lahan (Oplah) dan Cetak Sawah bersama Kepala Pusat Pelatihan Pertanian Kementerian Pertanian, yang berlangsung di Ruang Tebengang, Rabu (21/5/2025).

Dalam sambutannya, Bupati Wempi menjelaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Malinau berkomitmen kuat dalam memaksimalkan seluruh potensi ketahanan pangan yang dimiliki, termasuk melalui salah satu dari lima program prioritas daerah, yakni Pertanian Sehat atau disingkat Pesat.

“Saat ini, kami telah merekrut calon petani baru yang akan mengelola lahan-lahan tidur maupun lahan baru untuk mempercepat produksi pangan. Mereka akan diberi penghasilan tetap, pelatihan, dan pendampingan penggunaan alat pertanian modern,” jelasnya.

Program ini berbeda dengan pendekatan yang dilakukan di tempat lain. Jika biasanya program pertanian menyasar generasi milenial secara umum, di Malinau dilakukan seleksi khusus. Para petani yang terpilih akan bekerja secara full-time dan diharapkan mampu mengelola satu hektare lahan per orang.

“Jika satu orang bisa menggarap satu hektare dua hingga tiga kali tanam, maka 200 petani bisa menghasilkan produksi dari sekitar 400 hektare. Jika berhasil, jumlahnya akan ditingkatkan menjadi 500 hingga 1.000 orang,” katanya.

Bupati juga menyoroti bahwa petani yang direkrut kebanyakan adalah generasi muda yang sebelumnya belum aktif di sektor pertanian. Ini sekaligus membuka peluang kerja baru bagi anak-anak muda.

Dalam kesempatan itu, Bupati Wempi juga menyampaikan apresiasi atas keberhasilan nasional dalam swasembada pangan dalam waktu singkat di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo. Ia menilai, pencapaian ini adalah hasil dari semangat kolektif seluruh pihak.

Namun, ia mengingatkan bahwa masih ada kendala teknis, khususnya menyangkut legalitas lahan.

"Kami telah mengajukan usulan legalisasi terhadap sekitar 30.000 hektare lahan, dan saat ini yang diprioritaskan oleh Kementerian adalah sekitar 15.000 hektare. Legalitas sangat penting untuk optimalisasi pengelolaan lahan-lahan ini," tegasnya.

Terkait data luas lahan, Bupati menyebut bahwa target cetak sawah tahun ini adalah 750 hektare. Sementara itu, total ladang aktif mencapai 1.600 hektare, dan potensi lahan sawah sekitar 3.200 hektare. Lahan ini sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan masyarakat di wilayah perbatasan seperti Apau Kayan.

Namun, kondisi iklim ekstrem dan banjir yang terjadi belakangan menjadi tantangan besar.

“Hari ini saja, rapat ini kami lakukan bersamaan dengan rapat percepatan penanganan banjir. Rumah saya sendiri tergenang lebih dari satu setengah meter. Setelah ini, saya akan turun ke lapangan untuk memastikan dapur umum berfungsi,” ungkapnya.

Untuk menyiasati tantangan alam tersebut, Bupati mengusulkan agar pola tanam diarahkan ke lahan daratan yang lebih tinggi, seperti tumpangsari jagung, kacang, atau komoditas lain yang lebih adaptif dibandingkan sawah.

“Kita perlu cerdas membaca kondisi alam. Jangan memaksakan sawah jika banjir terus terjadi,” ujarnya.

Bupati juga menyinggung soal insentif harga gabah di Malinau yang telah dinaikkan menjadi Rp7.000 sejak dua tahun terakhir, lebih tinggi dari standar nasional Rp6.500. Ia berharap pemerintah pusat memberi kewenangan kepada daerah untuk menaikkan harga lebih tinggi lagi guna mendorong semangat produksi petani.

“Kalau diberikan izin, kami siap menaikkan harga pembelian gabah menjadi Rp10.000. Ini agar petani termotivasi, karena di Malinau, petani adalah pemilik lahan itu sendiri. Berbeda dengan di tempat lain, di mana pemilik lahan dan petani seringkali berbeda,” tutupnya.

"Teruslah Bersemangat dan Bekerjasama"
"Saya Ada Untuk Semua"
"Bersama Kita Pasti Bisa"
"Salam Harmonis Untuk Kita Semua”