Malinau
Bupati Malinau Sampaikan Pesan dari Paru-Paru Dunia: Malinau Menjaga Alam, Adat, dan Peradaban Leluhur
Rully Yulianti Pratiwi
14 November 2025
7 views

Bupati Malinau Sampaikan Pesan dari Paru-Paru Dunia: Malinau Menjaga Alam, Adat, dan Peradaban Leluhur

Malinau — Suatu kehormatan bagi Kabupaten Malinau, ketika Bupati Malinau Wempi W Mawa, S.E., M.H., berkesempatan berkunjung ke Redaksi di Jakarta, Jumat (7/11/2025). Dalam kesempatan tersebut, Bupati Wempi berbagi cerita tentang alam, air, adat, yang selama ini dijaga masyarakat Malinau, Kalimantan Utara daerah yang dikenal luas sebagai “paru-paru dunia.”

Dalam wawancara yang dilansir dari , Wempi menjelaskan bahwa masyarakat Malinau hidup berdampingan dengan alam dan memiliki komitmen kuat untuk melestarikan hutan.

“Kami menjaga air yang tidak tercampur, kami menjaga oksigen yang alami, kami menjaga budaya yang masih murni, dan kami menjaga peradaban yang menjadi amanat leluhur yang tidak boleh ditinggalkan,” tutur Bupati Wempi.

Kabupaten Malinau memiliki luas wilayah lebih dari 40.000 kilometer persegi, bahkan lebih besar dari Provinsi Jawa Barat. Dari luasan tersebut, lebih dari 90 persen masih berupa hutan perawan, dan hanya sekitar 8 persen yang digunakan sebagai area penggunaan lahan (APL).

“Itulah sebabnya kami disebut sebagai paru-paru dunia,” ujar Wempi, yang juga politisi Partai Demokrat itu.

Menurut Wempi, keistimewaan Malinau tidak hanya pada hutannya yang masih lestari, tetapi juga pada masyarakat adat yang menjaganya. Tidak ada satu pun tanah di Malinau yang tidak dimiliki oleh masyarakat adat.

“Hutan-hutan itu adalah kehidupan, jantung dari masyarakat adat,” jelasnya.

Ia menambahkan, kearifan lokal dan pengakuan terhadap adat istiadat menjadi kekuatan utama Malinau dalam menjaga keharmonisan dengan alam dan sesama. Meski beragam, masyarakat adat di Malinau tidak menolak pendatang. Justru, mereka berusaha merangkul semua orang yang datang untuk hidup dan bekerja di wilayah tersebut.

“Kita ajak semua orang yang datang ke Malinau untuk menjaga dan menghormati adat istiadatnya,” ujarnya.

Bupati Wempi juga menceritakan kisah menarik tentang musisi legendaris Iwan Fals saat pertama kali berkunjung ke Malinau. Saat diundang tampil, Iwan sempat heran dan bertanya, “Serius Bupati Malinau mau hadirkan saya?” — mengingat lagu-lagunya dikenal kritis terhadap pemerintah.

Namun Wempi menjawab dengan tenang,

“Selama ini Bapak sudah banyak memberi kontribusi. Kini saatnya Bapak melihat bahwa di negeri ini juga ada orang baik. Ini hanya persoalan membangun narasi.”

Akhirnya, Iwan Fals benar-benar tampil di Malinau. Dari rencana delapan lagu, ia justru mempersembahkan 22 lagu penuh semangat dan ketulusan. Selama empat hari di Malinau, Iwan merasa diterima seperti keluarga. Ia bahkan berjanji akan datang lagi, lebih lama, dan ingin membuat kegiatan khusus di sana.

“Ayo kita bangun negeri ini bersama,” kenang Wempi tentang obrolannya dengan sang musisi.

Selain Iwan Fals, sejumlah seniman seperti Judika juga telah beberapa kali datang ke Malinau dan selalu ingin kembali. Hubungan antara Malinau dan para seniman itu kini bukan lagi soal kontrak atau biaya, tetapi soal waktu, kapan mereka bisa kembali berkumpul, bernyanyi, dan merayakan kehidupan serta budaya yang dijaga dengan penuh cinta.

Komentar (0)

Tinggalkan Komentar

* Email Anda tidak akan dipublikasikan. Semua kolom wajib diisi.

Memuat komentar...